Pria Kerap Pura-Pura Orgasme
Kepalsuan dalam bercinta seperti dipraktikkan pria besar kemungkinan akibat bombardir media dan faktor budaya. Pria diposisikan sebagai pihak yang harus aktif dan kuat selama sanggama. (Foto: Ist.)
TERNYATA, bukan hanya wanita yang kerap memalsukan orgasme. Pria pun melakukan hal demikian. Konon, latar belakangnya akibat tekanan “petarung hebat” yang dialamatkan kepada kaum pria oleh media dan budaya.
Menurut jajak pendapat ABC News Primetime: American Sex Survey pada 2004, sejumlah 11 persen pria dilaporkan kerap pura-pura orgasme. Kajian lebih terkini, tepatnya 2009 yang dihelat oleh University of Kansas menemukan fakta bahwa 25 persen pria yang disurvei dilaporkan sesekali berpura-pura orgasme saat bercinta.
Terdapat banyak cara bagi pria untuk pura-pura orgasme, tapi cara paling umum adalah menggunakan kondom. Mereka mengatakan, cara berpura-pura orgasme menggunakan kondom adalah dengan ejakulasi tidak terlalu banyak. Memang, saat wanita sudah “basah” dan cukup “licin” setelah terangsang, wanita cenderung memercayakan adegan ranjang berikutnya pada pasangan pria.
Seperti disibak Alternet, pria memalsukan orgasme dengan berbagai alasan. Pertama, tidak benar-benar terangsang dengan pasangan. Kedua, bosan dengan cerita seks. Ketiga, kesulitan ereksi. Keempat, tidak ingin mengecewakan pasangan. Kelima, kecemasan pada performa di ranjang. Dan keenam, kelelahan.
Kepalsuan dalam bercinta seperti dipraktikkan pria besar kemungkinan akibat bombardir media dan faktor budaya. Pria diposisikan sebagai pihak yang harus aktif dan kuat selama sanggama. Pria dibombardir dengan gambar-gambar porno, gembar-gembor iklan ereksi hingga muncul obat-obatan seperti viagra, dan artikel majalah tentang bagaimana beraksi hebat hingga pasangan wanita “menjerit”.
Pria berada di bawah sejumlah besar tekanan untuk bisa memberikan orgasme pada pasangan. Maka tak heran jika banyak pandangan yang memaknai seks bagi pria, adalah ereksi, ukuran Mr P, orgasme, ejakulasi, dan performa mereka.
"Dengan memalsukan kenikmatan, Anda tidak hanya mengabaikan kebutuhan, tapi Anda juga tidak jujur pada pasangan. Menjaga komitmen hubungan menuntut komunikasi terbuka terhadap berbagai aspek, terutama topik yang kerap dianggap memalukan, seperti seksualitas,” ujar Patti Brisben CEO dan pendiri Pure Romance dalam artikelnya berjudul "Why You Shouldn't Fake An Orgasm".
(ftr)
0 komentar: